Powered By Blogger

Senin, 06 Juli 2015

TRIP Ke KUPANG - DILI - KUPANG

Hari liburan pertengahan tahun adalah hari yang kami tunggu - tunggu. Kami cukup bingung menentukan pilihan destinasi wisata untuk liburan tahun ini, lalu tak sengaja terlintas Timor Leste dalam bayangan kami.
 
Kami pun mulai searching dan mencari informasi yang dapat kami lakukan nanti di Timor Leste. Setelah kami puas dan yakin akan pilihan kami, inilah saatnya kami bertamasya ke negeri tetangga kita Timor Leste.

Hari Ke - 1
Kami berangkat menggunakan pesawat ke Kupang (Nusa Tenggara Timur) pada waktu dini hari. setelah kami sampai, kami menyewa taksi (borongan) untuk langsung menuju hotel kami (kisaran Rp 60.000,- tergantung jauh dekatnya tujuan yang ingin dicapai). Kami beristirahat sejenak dan menikmati beragam fasilitas di hotel saat itu.

Hari Ke - 2
Kami tidak diam saja di hotel, kami menyewa sebuah taksi untuk berkeliling ibukota Nusa Tenggara Timur. Kami tentunya menyewa taksi dengan dikenakan biaya Rp 60.000/ jam. Rute kami yang pertama adalah Pantai Lasiana yang merupakan pantai rakyat NTT namun masih sangat alami, indah, dan bersih. untuk masuk ke dalam Pantai Lasiana pengunjung akan dikenakan biaya Rp 2000,- (dewasa), Rp 1000,- (anak - anak) dan Rp 2000,- (jika membawa kendaraan). Kami disana berfoto ria dan juga bermain air, sangat menyegarkan di pagi hari karena matahari belum bersinar cukup terik.
Setelah puas bermain di Pantai Lasiana, kami mengunjungi tempat pembuatan Sasando. Biasanya driver akan membawa turis ke tempat pembuatan Sasando milik Bapak Jeremiah. Begitu kami sampai disana terdengar alunan sasando yang menyambut kedatangan kami. Kami begitu menikmati permainan sasando yang dilantunkan oleh cucu Pak Jeremiah sembari kami membeli oleh - oleh kepada saudara tentunya adalah sasando dan kaos baju. Harga sasando cukup mahal yang dipatok dari yang terkecil Rp 100.000,- hingga puluhan juta rupiah (yang besar dan dapat dimainkan sebagai alat instrumen).
 
Hari mulai beranjak siang, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Taman Doa Kupang yang katanya merupakan taman doa yang paling besar di Indonesia. Taman doa tersebut terletak di atas bukit, sehingga kami harus menempuh ke atas bukit tersebut dengan berjalan kaki (kendaraan harus diparkir di tempat yang telah disediakan). NTT merupakan provinsi dengan mayoritas umat nasrani, sehingga teman - teman akan menemukan banyak gereja di Kupang. 
Waktu sudah menunjukkan 13.00 WITA di siang hari, tanda waktunya kami mengisi perut kami yang lapar. Makanan khas NTT adalah daging Sei yang aslinya merupakan daging babi, akan tetapi seiring perkembangan waktu dan banyaknya perantau yang datang ke NTT, sekarang kami pun dapat membeli daging Sei yang terbuat dari sapi dan ikan, menarik bukan?
Untung makanan khas Sei asli yang berupa daging babi, teman - teman dapat berkunjung langsung ke Depot Sei Aroma yang merupakan resto terkenal akan Seinya. Teman - teman juga dapat memesan daging Sei untuk dibawa pulang ke rumah (Pembungkusan sistem vacuum ,tidak menggunakan bahan pengawet).
Akhirnya kami pun kenyang dan siap melanjutkan perjalanan kami. Rute kami selanjutnya adalah Goa monyet yang terletak di dekat pantai. Suasana disana masih begitu asri dan tenang, sehingga monyet- monyet dapat berkeliaran di sepanjang jalan. Awalnya kami takut kalau - kalau monyet tersebut berulah nakal, akan tetapi driver meyakinkan kami bahwa monyet - monyet disini masih alami dan sangat dirawat sehingga tidak akan mengganggu pengunjung yang datang ke tempat ini. (dan kenyataannya memang benar!)


Setelah puas berfoto - foto, kami langsung pergi ke tempat souvenir dan makanan untuk berbelanja. Souvenir yang saya rekomendasikan adalah tenun NTT, umumnya turis - turis domestik dan internasional suka belanja oleh - oleh berupa tenun khas NTT. Harga tergantung dari tingkat kesulitan tenunannya (Rp 25.000,- hingga Rp 5.000.000,-).
Dengan demikian, selesailah hari ke 2 kami di Kupang, kami kembali ke hotel untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Dili keesokan harinya.

Hari Ke - 3
Kami memesan tiket bus kecil menuju Dili (Rp 200.000,-/org) di Timor Travel, sehari sebelumnya. Bus tersebut menjemput kami Pk05.00 WITA tepat di hotel. Perjalanan menuju perbatasan Indonesia (Mota' ain) dengan Timor Leste (Batu Gade) memakan waktu kurang lebih 6 jam (jalanan perbatasan mulus/ tidak rusak). Selanjutnya perjalanan dari perbatasan menuju ke kota Dili menghabiskan waktu 3 jam. Sehingga di total perjalanannya adalah 9 - 10 jam. Oh, ya teman - teman waktu di Timor Leste lebih sejam lagi dari NTT.
Kami sampai ke penginapan Pk07.00 (waktu Timor Leste) malam hari, kami pun langsung istirahat.

Hari Ke - 4
Kami keluar dari hotel sekitar tengah siang hari. Kami menyewa taksi untuk berkeliling ibu kota Dili dengan harga $30 dollar/ hari. Perjalanan pertama kami adalah menuju Cristus Rei yang merupakan patung Yesus tertinggi ke 2 setelah Brazil. Untuk mencapai puncak dari bukit yang terdapat Cristus Rei  tersebut, kami harus menaiki anak tangga yang lumayan banyak jumlahnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak menghalangi semangat kami untuk mencapai puncak.

Setelah selesai perjalanan kami di Cristus Rei kami melanjutkan perjalanan ke sebuah katedral tertua di Timor Leste.
Susasana di Dili begitu panas dan banyak debu pasir, sehingga teman - teman wajib membawa topi, masker, dan selendang apabila ingin pergi ke sana. Untungnya, perjalanan kami yang berikutnya sangat menyejukkan. Kami pergi ke Museum Resistensi Timor Leste. Di dalam museum ini diceritakan sejarah lepasnya Timor Leste dari Indonesia dan juga tokoh - tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste. untuk masuk ke dalam museum pengunjung dikenakan $1/org. tidak boleh menggunakan kamera di dalam museum

Perjalanan kami selanjutnya adalah makam St. Cruiz yang merupakan simbol peperangan antara Indonesia dengan Timor Leste. kami juga sempat mengunjungi Gedung pemerintahan (Landmark) Timor Leste yang letaknya tidak berjauhan dari museum dan St. Cruiz.






Kami memutuskan untuk pulang kembali ke penginapan dan beristirahat sejenak.
Pada sore hari, kami menelusuri kota Dili dengan berjalan kaki yang tentunya berdekatan dengan penginapan kami yaitu Largo Beach. (Tempat masyarakat Timor Leste biasanya bertamasya dan berolahraga)
Kami pun berjalan - jalan untuk mencari makanan untuk malam nanti, disini teman - teman akan banyak menemukan makanan khas Padang dan Jawa...
Timor Leste sudah sangat sepi diatas pukul 07.00 waktu Dili, sehingga teman - teman tidak disarankan untuk keluar di malam hari.

Hari Ke - 5
Kami mempersiapkan diri untuk kembali ke Kupang, perjalanan yang sangat melelahkan. Hal ini dikarenakan penerbangan internasional Dili ke Kupang sangat mahal (Rp 1.200.000,- - Rp 2.000.000,-/ org untuk low season saja). sehingga biasanya baik rakyat Dili maupun Kupang lebih memilih untuk menempuh perjalanan menggunakan bus Travel.

Hari Ke - 6
Kami menghabiskan waktu di hotel, serta berbelanja kembali berbagai macam makanan maupun souvenir khas NTT dan sebagainya.

Hari Ke - 7
Hari terakhir kami di Kupang, GOOD BYE Kupang, see u later ...